Limbah Tekstil Jadi Batu Bata, kok bisa?

Yuni Tanzyah
3 min readJul 3, 2023

--

FYI, industri fast fashion menyumbang 92 juta ton limbah tekstil setiap tahunnya. Jadi, kemungkinan setiap tahun industri garment atau tekstil memproduksi sampai 100 milyar pakaian baru dan hanya 1% saja pakaian lama yang didaur ulang menjadi pakaian baru. (sources: theroundup.org)

Partisi Bangunan Dinding Kantor Google di Paris dari 40 KG Limbah Tekstil, 2023 Fab.BRICK x Google via Instagram @fab.brick

Siapakah Fab.BRICK?

Fab.BRICK sendiri bermula dari rancangan karya Clarisse Merlet, seorang arsitek berkebangsaan Prancis yang menginovasi limbah tekstil yang didaur ulang menjadi batu bata ekologis. Ia membuat inovasi ini untuk meminimalisir polusi dan sumber energi yang boros di bidang konstruksi dan kemudian mencari alernatif lain untuk membuat bahan baku dengan cara yang berbeda, terutama bahan baku dari limbah yang dapat didaur ulang. Clarisse memiliki ide untuk menggunakan pakaian lama/bekas atau yang dibuang untuk menjadi bahan baku utama pembuatan batu bata ini, karena ternyata industri tekstil kurang memperhatikan sistem daur ulang limbah mereka. Berdasarkan sifat karakteristik tekstil, jadilah batu bata ekologis yang baik secara isolator termal dan akustik. Pada tahun 2017, ia mempresentasikan penelitiannya dan prototipe pertamanya pada kontes FAIRE. Clarisse menjadi salah satu pemenang kontes dan akan didukung oleh Pavillon de l’Arsenal dalam pengembangan batu bata daur ulang ini. Sejak dimulainya proyek tersebut, Fab.BRICK telah membuat 12.000 batu bata dari sekitar 5 ton limbah tekstil yang didaur ulang.

Bagaimana proses pembuatan batu bata ekologis ini?

Awalnya limbah tekstil seperti pakaian bekas disortir berdasarkan jenis kainnya, misal dari pakaian kaos berdasar bahan kapas atau poliester, denim berdasar bahan kapas, maupun bahan serat buatan juga serat campuran. Setelah itu pakaian yang sudah disortir tanpa aksesoris akan dihancurkan menjadi gumpalan kain — kain kecil dan dicampur dengan perekat/lem alami kemudian ditimbang dan dicetak menggunakan mesin press agar menjadi bentuk batu bata yang padat juga kokoh. Proses pengeringannya juga dilakukan secara alami selama 2 minggu. Dari limbah tekstil tersebut, hasilnya digunakan untuk dekorasi rumah tangga, kantor maupun gedung, seperti furniture dan partisi bangunan.

Pencetakan Batu Bata dari Limbah Tektil, by Fab.BRICK via Instagram.

Hingga saat ini sudah ada puluhan proyek yang dikerjakan Fab.BRICK, banyak brand bekerja sama untuk saling mengenalkan dan mempromosikan inovasi ini. Selain ingin membatasi limbah tekstil, Fab.BRICK juga menawarkan solusi bagi industri konstruksi untuk serta membatasi penggunaan sumber daya alam seperti pasir, kayu, dan minyak. Kedepannya Clarisse ingin mengembangkan penelitiannya ini untuk membangun bangunan dengan menggunakan material limbah tersebut, bukan hanya untuk dekorasi saja karena ia melihat adanya potensi yang besar di masa depan.

Semoga Fab.BRICK akan membuka pabrik di Indonesia karena mereka menggunakan material yang serba ramah lingkungan^^

Untuk lebih lengkapnya, kalian bisa mampir di website resmi mereka di fab-brick.com atau bisa juga lewat Instagram mereka @fab.brick

Terima kasih sudah mampir untuk membaca!! Have a great day, see yaa!❤

(Sumber: fab-rick.com)

--

--

Yuni Tanzyah
Yuni Tanzyah

Written by Yuni Tanzyah

I write because it makes me feel like someone’s listening— or am I finally listening to myself.

No responses yet